Muslimahdaily - Usianya masih belia dan masih duduk di bangku sekolah, namun hatinya terpaku pada keindahan islam yang membuatnya memberanikan diri masuk Islam meski ditentang oleh keluarga dan temannya.
Deeana Rose mengaku tak memiliki banyak informasi mengenai Islam. Dia tak tahu apa Islam itu dan tidak punya kenalan seorang muslim. Namun tugas sekolah mengubah pemikirannya tentang Islam. Sebagai proyek dalam kelas Ilmu Sosialnya, dia mencari bahan tugasnya di koran. Dia kemudian menemukan artikel soal Bashar Al-Assad yang ternyata seorang muslim. Dia kemudian merasa tertarik untuk mengetahui apa itu islam, siapa itu muslim.
Dia kemudian mulai membaca banyak buku dan mencari banyak informasi tentang islam dan merasa sangat tertarik dengan agama ini. Dia tiba-tiba merasa sangat cinta kepada Allah, dia telah jatuh cinta kepada Islam. Dia pun tahu untuk menjadi seorang muslim dia harus mengucap dua kalimat syahadat. Namun karena dirinya masih sekolah dan tak kenal siapapun yang beragama islam di sekolahnya, keinginannya tersebut pun dipendamnya.
Namun kemudian penjaga perpustakaan sekolahnya menyadari bahwa Deeana banyak membaca buku tentang Islam dan memperkenalkannya dengan teknisi sekolah, Omar, 24 tahun yang berasal dari Suriah. Dia menghampiri Omar dan bercerita tentang keinginannya masuk islam. Omar pun dnegan sangat senang hati dan terbuka menjelaskan dengan baik apa itu islam dan menjawab pertanyaannya. Omar juga membawa Deeana bertemu dengan ayahnya untuk belajar banyak soal islam.
Akhirnya pada 2 November 2013 Deeana resmi mengucap dua kalimat syahadat yang dibantu oleh ayahnya Omar. Setelah masuk islam, dirinya merasa lega namun ada banyak permasalahan yang timbul dari keputusannya itu.
Teman terdekatnya mulai meninggalkannya dan mulai mengejeknya soal keputusannya itu. Mereka berkata bagaimana bisa seorang yang tomboy sepertinya berubah menjadi ‘ninja’ karena niqab yang dipakainya. Ada juga gurunya yang muslim yang menyemangatinya dalam mempelajari islam saat dia baru masuk Islam. Namun saat keluarganya tahu soal agama barunya, keluarganya marah. Mereka membawa Deeana ke rumah pastor untuk ‘mengusir roh jahat’ dari dalam dirinya. Mereka membuang semua hijab dan abaya, sajadah dan buku tentang islam yang dimilikinya. Hingga akhirnya keluarganya ‘menyampakkannya’ ke rumah penampungan. Dia merasa sedidh harus meninggalkan keluarganya bahkan merasa tidak dikehendaki. Namun karena Allah dia tegar dan dia pun mendaftar di sekolah Zayed College yang merupakan satu-satunya sekolah islam untuk wanita.
Meski dikucilkan dari keluarga, Deeana merasa senang karena akhirnya bisa dikelilingi oleh orang-orang yang seiman dan menyemangatinya untuk menjadi muslim yang lebih baik. Alhamdulillah!