Muslimahdaily - Perjalanan mencari kebenaran memang tak selalu berjalan mulus dan singkat, beberapa orang butuh waktu yang sangat lama untuk benar-benar meyakinkan hatinya dan menyambut hidayah yang Allah berikan. Hal ini dialami langsung oleh seorang pelayan gereja dan asisten pastur di Mesir yang akhirnya memeluk Islam setelah masa pencarian 30 tahun lamanya.

Cerita ini dituliskan dalam buku Kisah Para Muallaf yang Menkajubkan oleh Syeikh Mamduh Farhan yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Jamal Zakaria Armenius yang setelah masuk Islam namanya berganti menjadi Jamal Zakaria Ibrahim. Jamal bercerita bahwa dirinya telah menjadi koster atau pelayan gereja sejak usianya 8 tahun. Ia tinggal di rumah pendeta dan membantu urusannya. Setelah itu ia menjadi asisten pendeta dan terus melayani gereja selama 30 tahun.

Lahir dari keluarga Nasrani yang tinggal di perbukitan Mesir tepatnya di Munia. Berkat ketaatan dan keistimewaannya yang sudah terlihat sejak kecil, ia memilih menjadi seorang koster sejak usianya 8 tahun.

Keraguan Pertama

Pada saat itu, agamanya telah memisahkan dia dari teman-teman muslimnya. Hal tersebut sebenarnya membuat ia ragu dan terus bertanya dalam diri, “mengapa ada pemisahan ini?” Ditambah lagi dengan bayang-bayang yang selalu ada dalam benaknya. Melihat anak-anak muslim yang selalu pergi ke masjid untuk shalat Jumat bersama ayahnya, memakai hijab putih bersih dan melepas sendal mereka sebelum masuk ke dalam masjid.

Pertanyaan terus tumbuh di pikirannya yang masih kecil saat itu, akan tetapi ia terus merahasiakannya dalam diri tanpa berani melontarkan satu kata pun. Pada suatu hari, ketika Jamal sudah memasuki usia remaja, ia melihat gambar al-Masih yang tengah disalib dan bertanya pada ayahnya.

“Apakah dia itu al-Masih yang sebenarnya? Apakah dia itu adalah Allah sebagaimana yang mereka katakan? Lalu dimana Dia berada saat mereka menyalib-Nya? lalau bagaimana perjalanan alam semesta ini saat Dia disalib?” Ayahnya terdiam seribu bahasa.

Jamal akhirnya segera pergi dan kembali pada Kitab Sucinya kala itu, mencoba untuk mencari jawaban di dalamnya. Tetapi hasilnya nihil, ia tak menemukan jawaban apapun.

Setelah beranjak dewasa, ia bertanya pada seorang pendeta mengenai hal tersebut. Tetapi tetap saja, Jamal tak menemukan jawaban yang bisa memuaskan rasa keingin tahuannya, begitupun saat ia bertanya tentang trinitas.

Mencari Kesalahan dalam Al-Quran

Saat Jamal menjadi koster dan kemudain menjadi asisten pendeta pertama, ia ditugaskan untuk masuk sebagai anggota komite Al-Quran. Jamal bertanggung jawab atas segala pertanyaan agama di Gereja.

Melalui pekerjaannya, Jamal memliki kesempatan untuk mempelajari Al-Kitab dengan lebih mendalam, sempurna dan menyeluruh. Sampai akhirnya, ia membongkar 5000 kesalah dan pertentangan yang ada di dalamnya kemudian ia catat dengan rinci.

Setelah menemukan kejanggalan tersebut, Jamal mulai membuka diskusi dengan para pendeta. Metode tersebut terus ia lakukan selama 3 tahun, namun belum juga menemukan jawaban yang bisa membuat hatinya terpuaskan dan tenang. Sampai akhirnya, para pendeta melihat banyak orang-orang sepertinya memeluk Islam.

Untuk menghidari hal yang sama terjadi pada Jamal, maka sang pendeta segera memilih Jamal untuk menjadi perwakilan koster secara nasional. Disana ia mendapatkan tugas baru, yaitu untuk mempelajari isi Al-Quran dan mencari kesalahan di dalamnya. mencari ayat-ayat yang memiliki tafsir ganda.

Hal ini dilakukan untuk bekal mereka berdiskusi dengan umat Islam dan perlahan melunturkan aqidah mereka. Selain itu juga untuk mengajarkan anak-anak di Gereja bahwa tidak ada satu pun yang bisa membongkar pertentangan di dalam agama mereka.

Surat yang Menggetarkan Jiwa

Perlahan, Jamal mulai membuka Al-Quran secara acak. Niatnya dipenuhi dengan mencari banyak perkara dan kontradiksi di dalamnya. Namun, tak disangka, ia malah ditunjukkan pada surat Al-An’am yang memiliki arti sangat mulia.

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscata Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman,” (Qs. Al-An’am).

Jamal membuka Al-Quran untuk kelima kalinya, dan ayat yang sama pun datang. Maka saat itu ia merasakan ketegangan dan merinding yang sangat heabt. Ayat tersebut benar-benar membuatnya terdiam dan terngiang dengan isi kandungan ayat tersebut.

Setelah menjalankan penelitiannya selama sebulan lebih, Jamal akhirnya bertemu dengan uskup. Uskup itu bertanya pada Jamal, kesalahan apa yang telah ia temukan sejauh ini.

“Maka aku mengambil secarik kertas dan menuliskan ‘Aku belum menemukan satu pertentanganpun dalam Al-Quran.’ Dan di akhir kertas itu aku bubuhkan namaku tanpa menyeratakan gelar yang diberikan dari gereja,” ujarnya.

Jamal pun terus berjalan dalam pencariannya, ia terus membaca buku-buku tentang agama Islam. Bertahun-tahun hidup dalam kecemasan dan kebingungan. Hingga berat badannya turun 18 kg.

Berakhirnya Sebuah Pencarian

Namun, di tengah pencariannya, Allah mempertemukan Jamal dengan seseorang Ulama Islam yang memberikannya kesempatan untuk berdiskusi dengannya dan membaca buku-buku Islam. Ia pun terus memperdalam pengetahuannya sampai akhirnya ia dapat menemukan keagungan Islam.

Hidayah lainnya yang Jamal terima adalah saat ia mengunjungi masjid yang sedang mengadakan acara pembagian kepada kaum faqir dan miskin. Ia turut hadir disana bersama teman-teman kantornya. Kemudian datanglah seorang ibu menghampiri Jamal dan berkata padanya.

“Aku dulu berasal dari keluarga kaya yang beragama Nasrani, lalu aku masuk Islam, kemudian aku tinggalkan seluruh harta dan keluargaku, lalu aku menikah dengan salah satu orang fakir dan kaum muslimin...”

Jamal terkejut dan merasa bahwa itu adalah pertanda dari Allah bahwa dirinya harus segera bersyahadat. Saat itu pula ia langsung menyatakan keIslamannya pada dirinya sendiri barulah keesokan hari ia mengucap syahadat secara resmi dan menyatakan keIslamannya di depan seluruh rekan-rekannya.

Islam Jawaban Atas Segala Pertanyaan

Baginya, Islam adalah agama yang sempurna yang tak ada kekurangan sedikitpun di dalamnya. islam baginya adalah obat segala urusan manusia. Saat masuk Islam, Jamal merasa dirinya terlahir kembali. Ia juga mendapatkan jawaban atas pertanyaannya selama ini.

“Sebagaimana Islam itu adalah agama yang menjadikan manusia beribadah kepada Allah sepanjang hidupnya, tidak hanya pada hari Minggu. Aku juga mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat, aku merasa tenang dan tenteram. Aku memohon kepada Allah, agar selalu memberikan nikmat itu kepadaku,” tutupnya.

 

 

 

 

Suha Yumna

Add comment

Submit