Muslimahdaily - Ia bernama Raya, seorang wanita asal Iran yang menempuh perjalanan sangat panjang menemukan hidayah. Di usia belia, ia murtad hanya karena mimpinya menuju Amerika. Terhitung tiga agama lain yang kemudian sempat ia yakini. Terhitung 15 tahun lamanya Raya berada dalam kegelapan hati. Hingga di usia tuanya, Raya kemudian kembali menjadi muslimah.

Bagaimana kisah Raya hingga kembali mendapat cahaya Islam? Berikut ia tuturkan sendiri kisahnya dalam web miliknya, raya4islam.com;

“Lahir dan dibesarkan sebagai seorang muslim di Iran hingga usia 22, saya mendapati mimpi besar saya menjadi kenyataan. Saya pindah ke California untuk belajar dan melengkapi proses migrasi Amerika. Saya tinggal di tempat yang indah di sana dan memiliki semua kebebasan yang tidak saya dapatkan di negara asal saya, Iran.

Sejak pindah hingga 15 tahun lamanya tinggal di Amerika, saya sibuk menjadi seorang sekuler atas kehendak saya sendiri dan dorongan masyarakat sekitar. Saya bekerja beberapa tahun pada bisnis keluarga dan saya menjadi seorang pemilik butik baju yang sangat sukses. Tak hanya itu, saya juga merambah bisnis properti dan menjadi broker sebuah real estate di Manhattan Beach, California Selatan.

Layaknya princess, saya memiliki kehidupan glamour dan mewah dengan memiliki rumah dengan pemandangan Laut Pasifik, mengendarai Rolls Royce, travelling keliling dunia, serta gaya hidup yang tinggi.

Namun setelah 15 tahun tersebut, saya mulai merasa hampa. Hal lain apa yang ingin saya miliki? Tempat lain mana yang ingin saya kunjungi? Pastilah ada sesuatu yang lebih dari sekedar hidup seperti ini.

Kemudian saya berpikir bahwa kekosongan itu dikarenakan belum adanya pernikahan dan anak. Maka sejak itu, saya pun melakukan persiapan pernikahan. Saya menikah di usia 32 tahun. Empat setengah tahun usia pernikahan, saya telah dikaruniai dua anak. Namun kemudian saya mendapati bahwa pernikahan dan anak-anak bukanlah jawaban atas kehampaan hidup saya. Saya pun kemudian bercerai dan saya merawat dua orang anak sembari mencari perjalanan spiritual saya. Saya mencari Tuhan dan benar-benar hampir terlupakan latar belakang saya sebagai seorang muslim.

Saya bergabung menjadi penganut Hindu untuk beberapa waktu. Saya merasa bahwa mereka memiliki kedamaian yang sangat banyak. Namun kemudian saya menemukan bahwa mereka beribadah kepada Tuhan yang jumlahnya banyak pula. Saya pun merasa Tuhan yang saya cari bukanlah tuhan mereka. Maka saya mencari agama lain.

Saya bergabung dengan agama Budha yang saya pikir juga memiliki kedamaian. Cara meditasi mereka membuat saya merasakan kedamaian hati. Namun ternyata Tuhan mereka pun berjumlah banyak. Saya lalu merasa Tuhan yang saya cari bukanlah tuhan mereka. Maka saya mencari agama lain.

Saya bergabung dengan agama Kristen. Kali ini saya bergabung hingga 7,5 tahun dan saya merasa baik. Pendidikan moral yang diajarkan sangat cocok dengan apa yang saya inginkan. Saya mengabaikan doktrin trinitas selama tahun-tahun tersebut, meski saya tahu bahwa Tuhanku pun tak ada di dalam agama tersebut.

Hingga kemudian seorang Pastur meminta saya agar dibaptis. Namun saya menolak. Saya berkata bahwa saya tidak butuh untuk dibaptis. Muslim percaya Jesus adalah seorang nabi dan saya dapat menjadi keduanya, yakni menjadi seorang Kristiani dan seorang Muslim. Tentu saya tak tahu banyak tentang Islam. Saya hanya merasa terikat karena saya terlahir sebagai seorang Muslim.

Saya pun meminta pastur memberikan saya beberapa hari untuk berfikir. Saya memiliki sebuah terjemah Al Qur'an yang tidak pernah saya buka. Saya membawa dan memilikinya saat menikah. Namun saya tidak pernah membukanya.

Saya lalu pergi ke pegunungan dan tinggal di sebuah motel. Untuk pertama kali, saya membuka Al Qur'an dan membaca Surat Al Fatihah. Saya baru mulai membacanya namun segera merasakan seakan saya akan mati.

Saya kemudian menyadari bahwa saya menemukan Tuhan saya di tujuh ayat surat tersebut. Saya dapat melihat betapa agungnya Tuhan. Ia bahkan menunjukkanku melalui Qur'an tentang bagaimana beribadah dan mengesakan-Nya.

Betapa saya merindukan-Nya setelah mencari bertahun-tahun lamanya. Hampir-hampir saya pingsan kemudian demam berat karenanya. Saya segera tersungkur ke tanah dan menangis sambil berkata, "Saya menemukan Tuhan! Saya menemukan Tuhan!"

Saya akhirnya menemukan Tuhan saya. Kehidupan saya berubah drastis. Selama 25 tahun berikutnya, saya menemukan kehidupan nyata melalui ketaatan kepada Allah, kerendahan hati, pemahaman, praktek agama, dan mengajak orang lain untuk bergabung dengan satu-satunya agama yang memanggil semua orang untuk menyembah satu Tuhan, Tuhan Yang Esa yang menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya.

Afriza Hanifa

Add comment

Submit