Muslimahdaily - Paula Verhoeven bukan sekadar nama yang melejit dari dunia modeling sejak remaja atau parasnya yang akrab di layar kaca. Sosok multitalenta ini kini menjadi simbol transformasi spiritual melalui perjalanan hijrahnya sebuah evolusi tak hanya secara fisik, melainkan pergulatan batin yang mengajarkan ketulusan dan komitmen pada nilai-nilai iman.

Bukan Sekadar Pergantian Busana, Tapi Komitmen Diri

Dalam gelombang pencarian jati diri, Paula mengungkapkan proses hijrahnya dimulai jauh sebelum kabar perceraiannya dengan Baim Wong ramai diperbincangkan. Dalam wawancara eksklusif di channel YouTube Kiano & Kenzo Fanbase, ia membuka lembaran awal momen pencerahan: "Hidayah harus dijemput. Saat itu, alasan saya sesederhana rasa takut akan kematian yang bisa datang kapan saja," tuturnya dengan nada reflektif.

Keyakinannya semakin mengkristal setelah menapaki tanah suci dalam ibadah umroh. "Saya berdoa agar dimampukan berhijrah sepenuhnya sebelum usia 40 tahun. Ini tentang komitmen, bukan sekadar simbol," tambahnya. Proses ini tak lepas dari dukungan Baim Wong dan mitra bisnisnya, yang ia yakini sebagai bentuk kasih sayang Allah pada hamba yang bersungguh-sungguh.

Ujian dan Keteguhan Hati

Di balik kisah inspiratifnya, gelombang ujian datang ketika pernikahannya dengan Baim Wong berakhir. Namun, hijrah justru menjadi penopang kekuatan batinnya. "Hijrah mengajarkan saya untuk tetap menghargai proses hidup, termasuk menghormati Baim sebagai sosok yang pernah mendukung langkah awal saya," ungkapnya dengan kedewasaan.

Paula menekankan bahwa transformasi spiritual bukan jalan tanpa onak. "Ini proses panjang dengan segala ujian. Tapi justru di situlah makna sejati: berkomitmen menjadi lebih baik setiap hari, meski dunia mungkin tak selalu memahaminya," paparnya.

Tak sekadar perubahan personal, hijrah Paula telah menyalakan api inspirasi bagi ribuan perempuan. Dari gaya hidup glamor ke kesederhanaan berhijab, ia membuktikan bahwa iman dan modernitas bisa berjalan beriringan. "Saya ingin muslimah muda paham: hijrah itu bukan tentang kesempurnaan, tapi keberanian memulai," tegasnya.

Kisah Paula Verhoeven mengajarkan bahwa hijrah bukan destinasi, melainkan perjalanan penyempurnaan diri yang penuh tantangan. Sebagaimana mutiara yang lahir dari gesekan kerang dan laut, keteguhannya menghadapi ujian perceraian, sorotan media, dan pencarian jati diri justru melahirkan teladan nyata.

Di tengah gempuran budaya instan, kisahnya menjadi pengingat: perubahan hakiki selalu dimulai dari keberanian membuka hati, lalu melangkah untuk memperbaiki diri.