Muslimahdaily - Banyak hal yang tidak dapat Amber Acosata mengerti. Keyakinannya sebagai seorang Katolik tak dapat membantu dirinya memahami konsep Trinitas, yaitu adanya tiga Tuhan. Pertanyaan lain misalnya, mengapa kita bisa berdoa kepada banyak orang seperti Yesus, Mary, atau lainnya. Mengapa para pendeta dapat “memaafkan” dosa para jemaatnya, dan mengapa ada ratusan Alkitab yang saling berbeda.
Walau dengan kebingungannya, Amber tetap melanjutkan kegiatan rutinya. Berdoa ke gereja setiap Hari Minggu, tanpa tahu bagaimana caranya menjadi seorang Katolik yang baik. Menurutnya, ia memang diajarkan harus bersikap baik, peduli, penyayang, dan lainnya, namun tak tahu persis bagaimana cara menjadi sosok seperti yang diajarkan.
Seiring berjalannya waktu, ia terus mencari keberadaan Tuhan Yang Satu. Amber tetap mengikuti berbagai kegiatan di Gereja. Hingga bersekolah di universitas Katolik, bagi Amber, agama tidak lebih dari bangun pagi pada Hari Minggu dan merepotkan diri dengan pergi ke Gereja. Walau tak dapat dipungkiri, masih ada Tuhan di hatinya.
Amber ingin sekali mengenal Tuhan. Dalam berbagai pertimbangannya, ia telah mengeliminasi Kristen maupun Katolik sebagai pilihannya. Begitu pula dengan Yudaisme karena tidak mempercayai Yesus. Ia yakin bahwa Yesus membawa sebuah pesan untuk menyembah Tuhan Yang Satu, bukan dirinya sendiri sebagai Tuhan. Lantas, pilihannya tertuju kepada Islam.
“Aku tidak pernah bisa mengerti bagaimana orang Kristen akhirnya menyembah Yesus sendiri. Saya merasa yakin bahwa ia tidak akan pernah menginginkan itu,” tulisnya dilansir dari laman islamreligion.com.
Amber yang sebelumnya telah melakukan perjalanan ke Mesir, tak lagi asing dengan Islam. Hal itu pula yang membuatnya terbuka untuk lebih mengenal Islam. Walau hanya mengenal satu atau dua orang muslim, semangatnya untuk mengenal Tuhan tak begitu saja padam.
Al-Qur’an dan internet menjadi sumbernya kala itu. Saat pertama kali membaca kitab suci tersebut, takjub hatinya. Ia tahu bahwa Al – Qur’an tak mungkin dapat dibuat oleh manusia. Sangat kontras ketika membaca Alkitab, yang menurutnya seperti kumpulan cerita yang dibuat oleh manusia.
Kata-kata yang begitu indah dan fakta bahwa hanya ada satu Al-Qur’an mulai diturunkannya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga saat ini, bukan satu-satunya yang membuat dirinya terkesan. Baginya, Islam adalah agamnya yang baik. Ia terus menggali dan mempelajari.
Kebingungan atas pertanyaan yang selama ini tinggal di pikirannya mulai sedikit demi sedikit sirna. Islam merupakan agama yang hanya menyembah satu Tuhan tanpa Tuhan lain yang mendampinginya. Al-Qur’an dan sunnah menjadi pedoman lengkap bagaimana caranya hidup. Kini ia tahu apa yang harus ia lakukan untuk menjadi Katolik yang baik, ya, dia harus menjadi Muslim. Ia akhirnya pergi ke Masjid Al – Azhar, Kairo untuk mengucap dua kalimat syahadat.
Amber yang saat itu masih berkuliah di universitas Katolik bingung bagaimana harus berperilaku. Apa yang akan ia katakan kepada keluarga dan teman-temannya bahwa kini ia seorang Muslim. Meskipun beberapa orang senang mengetahui Amber telah memeluk agama yang dicintainya, namun ia tak selalu mendapat perlakuan sopan. Dengan ketabahan, ia menerima segala konsekuensi yanga ada.
Lulus kuliah, Amber kemudian ditawari magang di Mesir. Di sana pula ia mendapat banyak teman dan bertemu dengan calon suaminya. Ia beruntung masih ada orang yang tetap mendukungnya.
Syukur terus memenuhi hati Amber karena Allah telah mempertemukannya dengan Islam. Bertemu dengan kebenaran dan akhirnya menghilangkan kegundahan di hatinya.