Muslimahdaily - Philips adalah seorang Katolik Roma yang lahir dan besar di Italia. Sejak kecil dia mengaku sering pergi ke acara Misa. Dia juga mengaku menyukai himne yang sering dinyanyikan di dalam gereja. Namun Philips kecil mengaku tidak tahu pasti apa yang dilakukannya saat datang Misa. meski ragu dan bingung, namun dilansir dari laman OnIslam.net, Philips mengaku masih mengikuti misa hingga usianya mencapai 13 atau 14 tahun. Setelah itu dia berada pada suatu titik yang membuatnya berpikir Misa tidak lagi misa seperti dahulu dan sudah banyak perubahan. 

Dia pun mulai jarang mengikuti misa saat usianya beranjak remaja. Ibunya yang merupakan penganut katolik Roma yang taat merasa tidak senang dengan perubahan anaknya tersebut. Meski demikian Philips mengaku ibunya tak pernah memaksanya untuk ke gereja atau mengikuti misa.

Saat dirinya berusia 17 tahun, kalangan fundamentalis Katolik yang gencar melakukan penginjilan mendekati Philips. Dia pun mulai ke gereja lagi dan melihat apa yang dilakukan para penginjil di gereja. Dia pun melihat sesuatu yang berbeda dari yang ada di misa selama ini. Philips mengaku para fundamentalis tersebut sangat baik kepadanya sehingga timbul minat pada dirinya untuk belajar soal Injil dan menyebarkan isinya.

Namun seiring berjalnnya waktu Philips remaja pun kehilangan minatnya terhadap injil, bahkan agama katolik sekalipun. Akhirnya dia tak lagi datang ke gereja untuk beribadah. Dia bahkan mulai bermain di grup musik rock `n roll. Saat usianya hampir 25 tahun, Philips mengaku sempat kepikiran untuk kembali datang ke gereja. Dan dia pun mulai datang lagi ke gereja, namun saat itu dia pergi ke sebuah gereja Pantekosta. Di gereja tersebut Philips mengaku hidup dengan sederhana. Dia bahkan tak punya televisi dan tak bermain alat musik kesukaannya, saxophone, sama sekali. 

Tak lama berselang, Philips pun merasa tak kerasan di gereja. Dia pun kembali bermain saxophone tapi lebih ke musik-musik rohani. Suatu hari tiba-tiba timbul keinginan dalam hatinya untuk mempelajari sejarah Kristen. Dia pun masuk ke Bible College dan mengambil diploma disana. Setelah belajar selama 3 tahun, dia lulus dengan gelar diploma. Karena selama kuliah dirinya selalu membaca literatur misionaris yang menjelaskan tentang Islam dan Al Quran, dirinya pun tertarik membaca Al Quran untuk tahu apa yang diyakini muslim dalam ajarannya. Dia bermaksud ingin berdakwah kepada muslim tentang kebenaran dalam injil dan ingin agar muslim meninggalkan al Quran agar tak tersesat.

Namun nyatanya setelah dia membaca al Quran, ada begitu banyak hal yang dia jumpai yang sebenarnya tidak ia inginkan. Misalnya kalimat pertama yang terbaca olehnya adalah “Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Selain itu dia juga menemukan bahwa apa yang dibacanya dalam literatur misionaris jauh berbeda dengan apa yang tertera di Al Quran soal islam. Disini Philips sudah merasa ada yang tak beres dengan apa yang selama ini dipelajarinya.

Setelah membaca Al Quran, pikiran untuk masuk islam pun melintas dalam benaknya. Dia pun mengungkapkan hal tersebut kepada calon istrinya yang saat itu juga masih Katolik. Hingga akhirnya pada Agustus 1999 Philips bertemu seorang Sheikh dan dia pun bercerita soal dirinya yang ingin masuk islam.

Sang Sheikh pun mengajaknya berdiskusi banyak hal, tak hanya Silam tetapi hingga topik yang lebih luas. Hingga di penghujung malam topik mereka kembali membahas Islam. Sang Sheikh pun bertanya perihal kesungguhannya mengaku percaya tidak ada Tuhan selain Allah. Philips pun mengiyakan. Sang Sheikh bertanya lagi jika dia percaya bahwa nabi Muhammad adalah rasul Allah. Dan lagi-lagi Philips mengiyakan. Seikh itu pun membantu Philips mnegucap syahadat dalam bahasa Arab. Philips merasa bersyukur akhirnya keinginannya menjadi muslim bisa terwujud juga.

 

Nuraini

Add comment

Submit