Muslimahdaily - Alan Rooney tinggal di Inverness, sebuah kota dataran tinggi di Skotlandia. Di sana ia tak pernah berjumpa dengan seorang muslim, tak pernah mengenal Islam, apalagi mendengar seruan adzan. Sebuah perjalanan membuat hidupnya berubah. Ia mengenal Islam dan langsung jatuh cinta pada agama Rasulullah ini.
Kisah Rooney bermula ketika ia melakukan perjalanan ke negara Turki. Ia hendak liburan dan menikmati indahnya pantai di negara Asia-Eropa tersebut. Siapa sangka liburannya menjadi awal perjalanan spiritualnya. Ia terkejut sekaligus kagum ketika adzan berkumandang dengan indahnya.
“Itu semua bermula ketika saya mendengar panggilan untuk beribadah dari sebuah masjid lokal ketika aku tengah berlibur di pantai Turki. Panggilan itu begitu menggugah jiwa saya dan menginspirasi saya untuk memulai sebuah perjalanan spiritual,” ujar Rooney mengisahkan perjalanannya menuju Islam kepada The Independent.
Saat kembali dari liburan, Rooney segera pergi ke toko buku dan membeli sebuah Al Qur’an. Ia pun mulai membaca terjemah kitabullah dengan hati yang sangat terbuka. Ia bahkan meminta Tuhan untuk memberinya petunjuk dari Al Qur’an. Ia berdoa dan berlutut meminta kepada-Nya. “Saat membaca (Al Qur’an), aku selalu meminta Tuhan agar membimbing saya dalam sebuah perjalanan yang tengah saya tempuh,” tuturnya.
Pria paruh baya itu pun mengaku sangat terguncang saat membaca Al Qur’an. Ia merasa takut karena banyak perbuatannya yang dijabarkan dalam Al Qur’an sebagai perbuatan dosa. Ia pun bertekad menjadi pribadi lebih baik setelah membacanya.
“Ini cukup menakutkan untuk dibaca karena Al Qur’an mengabarkan banyak hal tentang diri Anda. Beberapa hal tentang diri kemudian saya dapati bahwa saya tidak menyukainya. Maka saya pun memutuskan untuk melakukan beberapa perubahan,” kisah Rooney bersemangat.
Rooney mengaku sempat berpikir untuk menghentikan pencariannya akan Islam. Ia sadar dapat berhenti membaca Al Qur’an kapan saja. Ia sadar dapat menghentikan prosesnya berislam setiap saat. Namun Rooney pula tahu bahwa hal itu berarti menyerah pada sesuatu yang amat sangat penting. “Dan saya tahu bahwa hasil akhir proses ini adalah: aku akan menjadi seorang muslim,” kata Rooney.
Ia bersiap akan konsekuensi itu dan terus membaca Al Qur’an. Ia membacanya khatam hingga tiga kali. Namun hal itu tak membuatnya mantap untuk berislam. Ia mengaku merasa nyaman dengan kehidupannya sekarang dan takut terjadi perubahan atasnya.
“Bagian tersulit dari semua ini adalah membayangkan saya akan menjadi seperti apa, akankah saya menjadi seorang yang aneh, berpakaian dan berbicara berbeda di mata orang lain? Apa yang akan dipikirkan keluarga saya, teman-teman saya, rekan-rekan saya, jika saya berislam? Dan yang paling penting, apa yang saya pikirkan tentang diri saya sendiri, apakah saya akan suka dengan pilihan saya menjadi muslim,” keraguan Rooney diungkapnya.
Ia pun memulai pencarian online akan kisah-kisah para mualaf. Ia ingin tahu bagaimana pengalaman orang-orang yang memeluk agama Islam sebelum dirinya. Namun ternyata semua kisah yang ada tak menjawab keraguannya, karena setiap orang memiliki perjalanan yang berbeda dengan kisah yang berbeda dan tantangan yang berbeda pula. Namun setidaknya, dengan membaca kisah-kisah tersebut, Rooney mengaku merasa nyaman karena banyak orang di luar sana yang menempuh perjalanan spiritual yang sama seperti dirinya.
Ia pun kemudian beralih mencari tahu tentang ibadah seorang muslim, mendengarkan Al Qur’an berbahasa Arab, serta mendengarkan nasyid. Ia membaca banyak sekali informasi tentang menjadi seorang muslim. “Jika sesuatu terasa janggal, lalu nampak sebuah pencerahan yang tidak sesuai dengan diri Anda, maka Anda harus mendengar jawaban dari hati,” ia memberi sebuah petuah yang juga dilakukannya saat galau untuk berislam.
Setelah 18 bulan lamanya belajar Islam autodidak, Rooney pun mantap untuk menjadi seorang muslim. Tak ada yang membantu prosesnya dan ia pula tak bertemu dengan seorang muslim pun saat belajar Islam. Namun setelah rentang waktu itu, Rooney mengaku dirinya telah menjadi seorang muslim. Ia shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan dan memakan makanan halal serta meninggalkan makanan haram.
Hingga kemudian ia menemukan ada sebuah masjid kecil dekat kotanya tinggal. Ia pun segera mendatangi masjid tersebut dan mengenalkan diri pada muslimin di sana. “Mereka terkejut melihat saya dan tak tahu apa yang harus dilakukan kecuali menyambut saya dengan hangat ke dalam komunitas (muslim). Saya pun menerima mereka sejak awal dan sekarang ini saya tergabung di komunitas tersebut,” tutur Rooney.
Meski telah berislam, Rooney mengatakan terus belajar mempelajari agama rahmatan lil alamin ini. Ia tak pernah berhenti mempelajari Islam. Ia pun menyimpulkan dari perjalanannya bahwa agama tidak lah bergantung pada latar belakang budaya seseorang. “Saya seorang berkulit putih, berusia paruh baya, seorang warga Skotlandia namun saya seorang muslim, dan saya bahagia dengan itu,” tutup Rooney.