Muslimahdaily - Keadaan Palestina yang porak poranda akibat serangan israel menyisakan banyak kisah. Banyak yang harus pergi meninggalkan negaranya sendiri bahkan ada yang harus merelakan nyawa untuk mempertahankan tanahnya. Hal ini pula yang kemudian membuat Leila Abdul Razaq berinisiatif untuk melawan hal tersebut lewat komik. Kartunis berdarah Palestina-Amerika ini membuat sebuah blog bernama Baddawi yang berisi novel grafis yang bercerita tentang ayahnya yang dibesarkan sebagai pengungsi palestina di camp Baddawi yang terletak di sebelah utara Lebanon. Muslimah yang dibesarkan di Chicago dan Korea ini mengatakan bahwa Baddawi bukan hanya dibuat untuk ayahnya tetapi juga untuk menghargai seluruh pengungsi Palestina di seluruh dunia.

Leila Abdul Razaq

Dalam blognya, Leila menjelaskan mengenai kisah ayahnya dan juga kakek neneknya yang terpaksa meninggalkan Palestina karena serangan israel. Pagi hari di 29 Oktober 1948, pasukan israel melakukan pembantaian terhadap penduduk di kampungnya yang bernama Safsaf yang terletak di utara Palestina. Saat terjadi penyerangan itu kakeknya sedang bekerja di Acre karena dia bekerja untuk British Post sebagai pengirim surat dan hal inilah yang kemudian menyelamatkan hidupnya. Di malam hari, semua pria di Safsaf dibariskan, diikat dan ditutup matanya yang kemudian ditembaki satu per satu. Tubuh mereka kemudian ditumpuk dan ditutupi dengan pasir. Tiga remaja wanita diperkosa oleh para tentara israel.

Neneknya yang saat itu baru saja menikah dengan kakeknya bersembunyi di dalam sebuah bangunan. Akibat pembantaian, tentara israel memberi perintah bagi penduduk desa untuk mengungsi. Namun neneknya tetap berada di gedung tersebut untuk beberapa hari karena menyadari jika dia pergi maka akan sangat susah untuk menemukan suaminya. Saat kakeknya pulang, dia mendapati Safsaf sangat kosong. Dia kemudian bertemu dengan istrinya yang juga nenek dari Leila. Bersamanya ada juga beberapa wanita dan seorang pria yang pada saat penyerangan menyamar menjadi wanita. Mereka kemudian berjalan menuju Nahr al Bared, kamp pengungsi yang ada di Lebanon. Setelah beberapa lama, kakek neneknya direlokasi ke kamp Baddawi yang terletak di luar Tripoli yang menjadi tempat ayah dan saudaranya tumbuh.

Komik yang saat ini tengah dikerjakan Leila mengambil latar tahun 1959 – 1980 saat ayahnya tinggal di Tripoli dan Beirut saat Palestina tengah berusaha untuk merdeka dari perang saudara. Dia mengaku selain untuk ayahnya, dia menulis komik ini untuk pengungsi Palestina lainnya karena mereka sering dilihat sebagai orang-orang yang menderita yang harus dikasihani, yang kemudian diberi definisi sendiri atas keadaan mereka, bukan melihat pada individu dan cerita mereka masing-masing.

“Sebagai seorang Palestina, ini adalah tanggung jawab kami untuk mempertahankan warisan dan sejarah kita, karena hal ini sedang terhapus secara perlahan. Kami harus bisa mengambil kendali narasi sejarah kami, karena hal ini sedang diupayakan untuk dimanipulasi.Kami harus mempertahankan identitas sebagai warga Palestina untuk melawan Zionisme dan pembersihan etnis yang telah terjadi. Bagi kami di Shatat, tidak terlalu banyak pembersihan etnis yang menghapus kami dari Palestina. Namun ada satu dimana Palestina sedang terhapus dari kami. Akhirnya, kekuatan adalah tentang siapa yang memegang kontrol narasi. Saya hanyalah seorang keturunan Palestina yang mencoba mengambil kembali narasi tersebut.” ujarnya seperti yang dikutip pada website Baddawi.

Leila yang merupakan keturunan Palestina – Amerika ini memiliki mimpi untuk kembali ke Palestina dan merebut kembali tanah kelahirannya. Untuk saat ini, menurutnya, dia akan tetap berjuang dari tempatnya sekarang. Komik yang dibuatnya ini merupakan cara yang ia pilih untuk membela Palestina.

Halilah Tsabitah

Add comment

Submit