Muslimahdaily - Singapura terkenal dengan berbagai macam etnis yaitu Tionghoa, Eropa, India, Melayu, dan memiliki luas hampir sama dengan DKI Jakarta ini tersimpan peninggalan bersejarah Islam yang merupakan agama minoritas di negara ini yakni Masjid Sultan.
Masjid ini terletak di sebuah desa bernama Kampong Glam, dahulunya merupakan desa yang dihuni oleh para nelayan di tepi sungai Rochor. Dari etnis yang berkembang di negara ini jumlah umat muslim memang tergolong minoritas dengan persentase 15% saja dari total kependudukan.
Di depan masjid, para pelancong langsung disuguhkan jajanan yang seakan-akan memangil dengan aroma makanan khas Melayu dan Timur Tengah. Souvenir seperti aksesoris dan kain juga turut menyertai koleksi buah tangan wisatawan.
Meski terlihat megah dan modern, masjid yang menjadi tempat tujuan wisata favorit ini sudah didirikan pada tahun 1824 yang kini telah mencapai umur 194 tahun. Di bangun oleh sultan pertama di Singapura ialah Sultan Hussain Shah yang tempat kerajaannya tepat berada di samping Masjid Sultan.
Yang unik dari masjid yang dibangun Sultan ini, yaitu boleh dikumandangkannya suara azan. Memang suatu hal yang lumrah suara azan dilantangkan, tetapi tidak bagi negara dengan budaya antre-nya ini.
Mengutip dari laman www.eramuslim.com, peraturan ini dikeluarkan oleh Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) yang kedudukannya sama dengan MUI di Indonesia. Azan hanya boleh dikumandangkan saat berada di dalam masjid saja dan tidak diperkenankan memakai pengeras suara.
Diberlakukannya peraturan ini tentu memalui proses yang matang karena sebuah lembaga seperti MUIS tidak bisa sembarangan dalam menetapkan suatu keputusan. Banyaknya etnis selain muslim bisa menjadi penyebabnya.
Agar masyarakat nonmuslim tidak terganggu dengan adanya pengeras suara tersebut serta untuk menjaga kedamaian di negara ini. Namun, peraturan tersebut tidak berlaku di Masjid Sultan. Karena hanya di masjid ini saja suara azan lantang dikumandangkan.
Bangunan ini terdiri dari dua bangunan besar yang dapat menampung sekitar 5.000 jamaah, keduanya juga dilengkapi area berwudhu yang bersih dan nyaman. Saat tidak digunakan untuk shalat, biasanya ruangan difungsikan untuk berbagai acara mulai dari ceramah agama dan tempat belajar mengaji.
Sebelumnya, masjid ini telah melalui masa renovasi pada tahun 1932. Dibangun dan didesain ulang kembali oleh Denis Santry, firma arsitektur tertua di Singapura. Lalu, pada tahun 1975 dikukuhkan sebagai monumen nasional yang menjadi titik utama berkumpulnya masyakarat muslim di negara ini.