Muslimahdaily - Rasanya, menjadi Gen Z di era sekarang berarti hidup di zaman yang tidak pernah sunyi. Algoritma media sosial bergerak tanpa henti, menarik siapa saja untuk larut dalam pusaran tren, validasi, dan perbandingan yang tak ada habisnya. Tak heran, banyak dari kita, para muslimah muda, merasa tertekan hingga akrab dengan istilah "kena mental".

Di tengah kebisingan itu, muncul suara-suara yang menenangkan, salah satunya dari Ananza Prili. Sebagai sesama Gen Z sekaligus hijab influencer, Nanza, sapaan akrabnya, secara konsisten membagikan konten motivasi yang menyentuh hati. Ia tidak hanya berbicara, tetapi mengajak kita untuk berdialog dengan diri sendiri, meng-upgrade value, dan yang terpenting: memeluk erat konsep self-love.

Ketika 'Kena Mental' Bukan Lagi Sekadar Lelucon

Istilah "kena mental" mungkin sering kita dengar sebagai candaan. Namun, bagi Ananza, di baliknya ada isu serius yang perlu dipahami dengan benar. Ia melihat Gen Z sebagai generasi yang kritis dan to the point, namun terkadang justru hal itu yang membuat mereka struggling saat menghadapi kenyataan.

“Banyak yang masih belum paham bedanya kesehatan mental dengan gangguan mental seperti anxiety atau depresi,” ungkap Nanza. Baginya, kesehatan mental adalah tentang resiliensi. Ini adalah kemampuan kita untuk bangkit dan mengatasi stres sehari-hari.

Saat merasa lelah atau down, Nanza percaya kuncinya ada pada diri sendiri. “Mulailah dengan mencintai diri sendiri, gali potensi yang ada, dan ubah mindset menjadi lebih positif,” sarannya. Ia menepis anggapan bahwa Gen Z adalah generasi yang lembek. Sebaliknya, kemelekatan mereka dengan teknologi justru membuktikan betapa tangguh dan adaptifnya mental mereka. Mereka tidak takut mencoba hal baru dan punya rasa percaya diri yang tinggi untuk berinovasi.

'Beauty Privilege' dan Jebakan Standar Cantik Tak Realistis

“Lo cantik, lo punya kuasa!”

Kamu, pernah mendengar kalimat serupa? Fenomena beauty privilege memang nyata dan seringkali menjadi beban. Ananza pun setuju bahwa merawat diri dan mempercantik penampilan itu penting. Namun, ia memberi catatan tebal: kecantikan fisik hanyalah cover.

"Modal penampilan saja tidak cukup di zaman sekarang. Keseimbangan antara inside (dalam diri) dan outside (penampilan) itu krusial," tegasnya. Menurutnya, standar kecantikan yang sempit inilah yang seringkali menjadi akar rasa insecure banyak perempuan.

Padahal, semua perempuan terlahir cantik dengan keunikannya masing-masing. Pesan Ananza sederhana namun mengena: "Kita tidak perlu menjadi cantik seperti orang lain. Cukup rawat diri, tampil rapi, dan presentable. Itulah bentuk penghargaan kita terhadap diri sendiri."

Kisah di Balik Motivator: Insecure, Hijrah, dan Titik Balik

Siapa sangka, sosok yang kini menjadi motivator bagi jutaan pengikutnya ini juga pernah berada di titik terendah? Ananza berbagi cerita bahwa ia pernah merasa sangat insecure di bangku sekolah hingga kuliah karena merasa tidak sepintar teman-temannya.

Namun, perasaan itu tidak ia biarkan memadamkan semangatnya. Justru, rasa minder itu menjadi bahan bakar baginya untuk berusaha tiga kali lebih keras. "Aku sadar, hanya diri sendiri yang bisa membuatku bangkit," kenangnya.

Titik balik terbesarnya adalah keputusan untuk berhijab di kelas 2 SMA. Keputusan yang lahir dari kesadaran diri dan dukungan sang ayah ini sempat membuatnya khawatir akan kariernya di dunia modelling. Namun, keyakinannya pada Allah lebih besar.

“Aku yakin dengan berhijab, aku akan menjadi pribadi yang lebih baik,” ujarnya. Dan benar saja, kekhawatirannya tidak terbukti. Rezeki dan kesempatan justru mengalir lebih deras setelah ia berhijab, membawanya menjadi salah satu hijab influencer favorit saat ini.

Resep Bahagia Ananza: Dari Self-Improvement hingga Perawatan Diri

Bagi kamu yang mungkin sedang merasa stuck dan tidak berguna, Ananza punya pesan pamungkas: jangan hanya diam dan berharap keadaan berubah. Kitalah yang harus aktif bergerak.

"Jika merasa tidak punya skill, maka cari dan pelajari! Manfaatkan waktu mudamu seproduktif mungkin," pesannya. Menurutnya, ada beberapa langkah praktis untuk memulai self-improvement:

Temukan potensimu: Buat daftar hal-hal yang menarik untuk dieksplorasi.

Cari kesempatan: Ikuti kelas online, seminar, atau lokakarya untuk menambah value diri.

Lakukan hal yang kamu suka: Entah itu olahraga, meditasi, atau sekadar melakukan hobi.

Bahagiakan orang lain: Terkadang, memberi kebahagiaan pada keluarga atau orang yang membutuhkan bisa menjadi sumber kebahagiaan terbesar kita.

Dan tentu saja, sebagai bentuk self-reward, jangan lupakan perawatan diri. "Aku suka banget ke salon untuk spa saat butuh me-time," cerita Nanza. Namun, tak harus mahal, merawat diri di rumah seperti luluran atau memakai masker DIY juga bisa menjadi cara ampuh untuk meningkatkan self-love.

Dari Ananza Prili kita belajar, bahwa stres, insecure, dan perasaan tak berharga adalah emosi valid yang bisa diubah. Dengan terus meningkatkan kualitas diri, kita memupuk keyakinan bahwa kita semua berharga. Dan dari sanalah, kebahagiaan sejati akan terus bermuara.