Muslimahdaily - Peristiwa penembakan di Masjid Al Noor, Selandia Baru masih menyisakan duka yang teramat dalam. Tercatat 49 jiwa gugur sebagai syuhada ketika menunaikan sholat Jumat berjamaah.
Sungguh mengerikan karena pembunuhan ini disiarkan secara online (live streaming) oleh pelaku yang diidentifikasi sebagai "Brenton Tarrant". Menurut kantor ABC Australia, Brenton Tarrant, dikenal sebagai pelatih kebugaran pribadi berusia 28 tahun yang bekerja di kota pedesaan, New South Wales, Grafton.
Dari beberapa frame video yang disiarkan langsung oleh pria bersenjata ini menunjukkan bahwa senjatanya sudah disiapkan di bagasi mobil sebelum penembakan terjadi di masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru.
Balas Dendam Membabi Buta
Setidaknya ada dua senapan yang digunakan dalam penembakan itu merujuk pada Ebba Akerlund, seorang gadis berusia 11 tahun yang terbunuh dalam serangan truk April 2017 di Stockholm oleh Rakhmat Akilov, seorang lelaki Uzbekistan berusia 39 tahun.
Kematian Akerlund diabadikan dalam senapan Tarrant, yang kemudian “mendoktrin” pria berkulit putih ini untuk tega membunuh siapa saja yang dianggapnya sebagai musuh peradaban Barat.
Tak hanya nama Ebba Akerlund, terdapat angka 14 pada senapan pria ini. Menurut banyak kalangan, angka ini merujuk pada “The 14 Words”, atau diklaim sebagai slogan supremasi kulit putih yang dikaitkan dengan petinggi Nazi Jerman, Adolf Hitler.
Bahkan, Brenton Tarrant juga memakai simbol Schwarze Sonne atau matahari hitam, sebuah tanda yang dihubungkan dengan kelompok sayap kanan.
Dalam foto – foto yang diambil dari akun Twitter pelaku ia juga mengunggah hal – hal berkaitan dengan referensi "Wina 1683", dimana tahun tersebut Kekaisaran Ottoman mengalami kekalahan dalam pengepungan kota di Pertempuran Kahlenberg. "Acre 1189", referensi Perang Salib, juga ditulis di senjata.
Menuliskan Nama Panglima Perang Salib, Charles Martel
Yang paling mengejutkan, pada moncong senapan laras panjang yang digunakan untuk menembaki jamaah Muslim di Masjid Al Noor, terdapat nama Charles Martel. Tulisan nama ini juga diikuti empat nama orang Serbia legendaris yang bertarung melawan kekuasaan Ottoman Muslim di Balkan. Ke-empat nama ini ditulis dalam alfabet Cyrilic.
Lebih dalam lagi, nama Charles Martel, merupakan nama yang dikaitkan dengan supremasi kulit putih. Charles Martel merupakan panglima Perang Salib yang tewas oleh sabetan pedang Panglima Abdurrahman Al – Ghadafi pada tahun 732 Masehi dalam pertempuran Balath Syuhada’.
Masih terdapat pada senapan, tulisan "Malta 1565", yaitu pertempuran ketika Malta mengalahkan Turki.
Nama-nama dua pemimpin militer Hongaria abad ke-15 yang dikenal karena berperang melawan Kekhalifahan Utsmani juga disebutkan. Nama John Hunyadi ditulis dengan senapan, sedangkan nama Mihaly Szilagyi Horogszegi ada di sisi amunisi.
Memutar Musik Saat Penembakan
Diketahui, si pelaku memutar lagu nasionalis Serbia (1992 – 1995) yang meluluh – lantakkan Yugoslavia. Lagu ini memuja seorang pemimpin politik Serbia Bosnia Radovan Karadzic, yang dipenjara di Den Haag, Belanda, karena genosida dan kejahatan perang terhadap Muslim Bosnia.
Di akhir video, pria bersenjata itu kembali ke mobil. Terdengar lirik lagu Fire oleh band rock Inggris The Crazy World of Arthur Brown, "Aku adalah dewa api neraka!" sesaat sebelum pria itu bergegas pergi.
Darah dan air mata kembali tumpah hanya karena pikiran sesat para teroris. Duka dan sesak di dada seakan tidak cukup untuk menghapus kesedihan umat Muslim yang mengecam tragedi berdarah di Masjid Selandia Baru. Semoga Allah memberi kekuatan iman dan Islam di hati kaum Muslimin di mana pun berada. Aamiin.