Story

Dahulu di era Nabi Musa, hidup seorang pria saleh yang memiliki seorang putra. Namun ia menghadapi kematian saat putranya masih kecil. Sebelum menemui ajal, pria itu sempat pergi ke hutan belantara dan membawa satu-satunya harta yang bisa diwariskan untuk putranya.

Membayangkan ibadah haji maka akan dihadapkan kesulitan tiga hal, yakni antrean yang panjang, biaya yang tinggi dan kebutuhan fisik yang prima. Meski tak mampu menggantikan, segala kesulitan itu ternyata setara dengan sebuah amalan yang nampaknya ringan, yakni birrul walidain.

Bakti pada orangtua memiliki pesan moral yang sangat tinggi, dan merupakan salah satu kewajiban dalam agama Islam yang harus ditunaikan oleh seorang anak terhadap kedua orangtuanya. Banyak kisah-kisah teladan yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmah tentang bagaimana balasan kebahagiaan di dunia dan akhirat bagi anak yang berbakti dan berbuat baik kepada orangtuanya. Baik itu dari kisah zaman Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam terdahulu, ataupun kisah yang terjadi di sekeliling kita saat ini.

Bakti seorang anak sering kali dikisahkan dari para pendahulu yang hidup di era awal Islam. Mereka merupakan teladan yang luar biasa dalam hal birrul walidain. Termasuk di antaranya yakni kisah bakti Kihmis bin Al Hasan At Tamimi pada ibunya.

Nama Al Husain bin Ali bin Abi Thalib tentu sudah tidak asing lagi. Beliau Radhiyallahu ‘anhuma memiliki keutamaan sebagai Ahlul bait, atau keluarga nabi. Al Husain memiliki putra yang saleh dan terkenal di kalangan tabi’in, yakni Ali bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib.

Alkisah, Nabi Musa ingin mendapat kabar dari Allah tentang siapakah yang akan menjadi sahabatnya di Surga kelak. Lalu diutuslah Malaikat Jibril dan berkata, “Wahai Musa, jika kau ingin mengetahui siapakah temanmu di surga, maka temuilah seorang tukang daging di pasar.”

Ternyata sifat durhaka bisa terjadi secara turun temurun. Seorang yang dahulu berbakti pada ibu bapaknya, maka kelak saat ia berumah tangga, anak-anaknya pula akan berbakti kepadanya. Sebaliknya, jika dahulu seseorang durhaka pada orang tuanya, maka kelak ia akan memiliki anak-anak yang durhaka. Naudzubillah.

Tersebutlah kisah bakti Al Fadhl bin Yahya kepada sang ayah saat keduanya berada di dalam penjara. Al Fadhl merupakan pejabat pemerintahan di era Dinasti Abasiyyah. Ia pernah menjabat gubernur di beberapa wilayah muslim dan menjadi guru bagi putra mahkota, Khalifah Al Amin, putra dari Khalifah Harun Ar Rasyid.

Artikel Selanjutnya...