Muslimahdaily - Dalam setiap aktivitas kita, tak jarang ada gejolak batin yang bermunculan. Seolah-olah ada dua pihak yang berbanding terbalik pendapatnya atas keputusan dalam diri kita.
Seperti misalnya, ketika kita hendak berangkat bekerja di pagi hari dan berpikir, “Mungkin sebaiknya aku shalat Dhuha dulu sebelum berangkat.” Niat ibadah ini tak lama kemudian menjadi buram, karena muncul sebuah bisikan. “Ah, nanti jadi tertunda berangkatnya. Belum kalo di jalan macet, bisa telat nih sampai di kantor.”
Inilah bisikan hati. Ia selalu hadir mengusik kalbu setiap insan, tak terkecuali hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala. Melansir dari NU Online, sehari semalam ada 70.000 (tujuh puluh ribu) bisikan yang datang ke dalam hati manusia. Bayangkan dalam satu menit saja ada berapa bisikan yang masuk.
Sebagai muslim dan muslimah yang hendak menggapai ridho Allah, penting untuk menjaga kejernihan hati agar dapat mengambil keputusan yang tepat tanpa rasa dilema. Kita dapat mengusahakannya dengan mengontrol semua bisikan itu.
Langkah ini diawali dengan mencari tahu sumber bisikan Bagaimana cara membedakannya. Bagaimana pula mengatasinya. Mana bisikan yang pantas diikuti dan mana yang harus disingkirkan. Berikut adalah keempat sumber bisikan yang masuk ke dalam hati.
Pertama, bersumber dari nafsu. Contohnya ketika kita sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan yang hukumnya wajib. Tiba-tiba terlintas sebuah ide yang kita rasa cemerlang, “Hari sangat panas, dan aku melihat air dingin di atas meja. Segar sekali sepertinya jika air itu kuteguk.” Itu adalah bisikan. Datangnya dari nafsu dan nafsu memang menginginkan hal itu.
Kedua, bersumber dari setan. Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Setan itu senantiasa mendekam dalam hati bani Adam. Jika bani Adam berdzikir kepada Allah, maka ia bersembunyi dalam hatinya. Dan ketika ia lupa kepada-Nya, maka setan kembali membisikinya.” Bisikan yang bersumber dari setan ini juga biasa disebut dengan waswas, sebagaimana firman Allah, Dari kejahatan waswas (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, (Q.S. an-Nas [114]: 4).
Ketiga, bersumber dari malaikat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi diceritakan bahwa setan berbisik kepada manusia, begitu pula malaikat. Hadirnya malaikat akan menjadikan bisikan untuk sesuatu yang baik dan benar, meski pada hakikatnya kebaikan tersebut datang dari Allah. Ketika bisikan datang dari malaikat, kita dianjurkan untuk mengucap syukur dan memuji Allah subhanahu wa ta’ala.
Untuk bisikan setan dan bisikan malaikat, kita dapat merujuk perumpamaan dari Ustad Abdul Somad. “Cara membedakannya seperti ini, kerja setan itu ada ilalang kering, atau jerami. Setan tidak bisa memunculkan api, setengah mati setan nunggu api. Begitu ada api kecil, nah itu kerja setan yaitu mengipas kipas saja (agar api menjadi lebih besar),” tutur beliau.
Api kecil yang dimaksud Ustad Abdul Somad itu dapat kita rasakan dalam bentuk rasa khawatir, dan yang membesarkannya adalah rasa waswas. Begitu ada lintasan buruk sedikit di dalam hati, kita harus langsung menutupnya dengan istighfar dan takbir.
Sumber bisikan yang keempat adalah bisikan langsung dari Allah yang diberikan kepada hati seorang hamba. Pada hakikatnya, semua bisikan baik berasal dari Allah yang diturunkan sebagai cobaan, pemberian, ujian, dan karunia. Namun, ada bisikan yang langsung diberikan Allah dari keluhuran-Nya kepada hati seorang mukmin. Bisikan itu disebutkan dengan ilham. Dalam Al-Qur’an Surat as-Syams ayat 7 dan 8 disebutkan, “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (Lihat: al-Habib ‘Ali Al-Jufri, Ayyuhal Murid, hal. 175).
Wallahu a’lam.