Muslimahdaily - Demensia dikenal sebagai penyakit pikun dalam bahasa awam. Penyakit ini memang terjadi secara umum pada lansia, bukan tidak mungkin demensia dapat terjadi pada orang-orang dengan usia yang lebih muda, Tercatat penderita demensia termuda berusia 29 tahun.
Demensia merupakan penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif manusia secara ekstrim. Penyakit ini ditandai dengan seringnya seseorang lupa akan sesuatu. Misalnya saja lupa menaruh barang, lupa akan janji,atau lupa akan kata-kata yang baru saja diucapkan. Gejala lupa ini akan semakin berat seiring bertambahnya usia. Selain mempengaruhi daya ingat seseorang, demensia juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan dan berbagai proses kognitif lainnya. Dalam keadaan yang parah demensia ini tentu akan menghambat seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Fenomena “lupa” memang terkesan biasa saja dan sering dianggap wajar. Namun demikian, kita perlu waspada karena “lupa” bisa jadi merupakan gejala munculnya demensia pada seseorang. Hal yang lebih mengkhawatirkan lagi, demensia ini sangat sulit disembuhkan. Umumnya, seseorang yang sudah terkena demensia akan mengalami penurunan fungsi kognitif secara terus menerus dan semakin parah seiring bertambahnya usia. Berawal dari lupa akan hal-hal kecil, kemudian mereka juga mulai lupa akan memori di masa lalu. Pada tahap yang lebih parah penderita demensia sama sekali tidak dapat mempelajari hal baru dan tidak mampu berbicara karena mengalami gangguan pada fungsi bahasa.
Meskipun peluang untuk menyembuhkan demensia sangat kecil, upaya preventif masih dapat dilakukan agar kita tidak terkena penyakit ini. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kegiatan-kegiatan yang mampu melatih memori dan fungsi kognitif manusia. Bentuk kegiatan tersebut salah satunya adalah menulis diary. Penelitian yang dilakukan oleh Coyle tahun 2003 menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki kebiasaan menulis buku catatan harian secara signifikan terbukti memiliki peluang yang lebih rendah untuk terkena demensia.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa menulis diary bahakan mampu mencegah penyakit tersebut berkembang semakin parah. Seorang lansia di Jepang yang mengidap demensia memiliki kebiasaan menulis diary. Uniknya, ia terbiasa menulis kejadian-kejadian yang ia alami dua hari sebelumnya. Kebiasaan menulis diary ini membuat demensia yang dialami lansia tersebut tidak bertambah parah.
Menulis diary adalah kegiatan sederhana yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Namun demikian, kegiatan sederhana ini ternyata mampu mencegah terjadinya demensia yang sangat sulit disembuhkan. Dengan menulis diary, syaraf-syaraf pada otak yang berhubungan dengan memori terus dilatih untuk aktif. Hal tersebut akan mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif pada otak. Di samping itu, orang-orang yang secara rutin terbiasa menggunakan struktur kalimat kompleks pada tulisan juga memiliki peluang yang sangat kecil terkena demensia. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika kita mulai menumbuhkan kebiasaan menulis catatan harian agar kita terhindar dari bahaya demensia di masa mendatang.