Muslimahdaily - Tidak ada yang salah dari merasakan cemas dan memiliki pikiran yang bercabang, alias banyak pikiran. Apalagi kalau sudah menimbulkan sensasi pada tubuh kita, seperti jantung yang berdebar-debar dan membuat kita tidak nyaman. Faktanya, sensasi itu memang tidak nyaman, tetapi juga tidak berbahaya. Mereka membuat kita tetap waspada dan stay sane.
Saat ini, perasaan-perasaan seperti itu, sering kita sebut ‘anxiety’. Ia dapat menjadi bahaya, ketika kita biarkan mengambil kontrol atas diri kita.
Ada dua jenis rasa anxiety berbahaya yang sering terjadi. Keduanya adalah hasil dari rasa cemas yang berhasil menguasai diri kita. Yang pertama adalah ketika kita terlalu banyak memikirkan bencana dan sesuatu yang buruk akan datang menimpa kita. Sementara yang kedua, adalah ketika kita terjebak dalam pola penilaian orang lain dan kritik diri.
Ketika anxiety dibiarkan terus bersarang di dalam diri kita, rasa takut kita akan memicu adrenalin yang kemudian dilepaskan ke aliran darah. Hal ini menyebabkan kecemasan kita mengalir lebih jauh, dan pada akhirnya menimbulkan lebih banyak lagi kekhawatiran kita, juga pikiran-pikiran buruk. Kalau sudah begitu, maka terbentuklah sebuah lingkaran. Lingkaran untuk siklus rasa anxiety kita yang menjadi tidak terkendali.
Bagaimana rasa cemas yang awalnya hanya terasa tidak nyaman saja, kemudian bisa menjadi berbahaya, adalah sebuah paradoks yang membutuhkan jawaban. Oleh karena itu, David H. Rosmarin, Ph.D., ABPP., seorang pakar psikologi dari Harvard Medical School melakukan penelitian.
Melalui risetnya, sang pakar mendapatkan penjelasan yang meyakinkan. Ia menyadari, budaya manusia saat ini terobsesi dengan adanya kontrol dan kepastian.
Di era teknologi yang semuanya serba mudah dan praktis, kita punya segalanya. Prediksi cuaca, politik, keuangan, sampai tentang kesehatan dan hasil pertandingan olahraga. Meskipun sudah sangat sering kita menemukan prediksi yang salah, namun kebiasaan ini memandu kita untuk menyukai sesuatu yang salah dibandingkan dengan tidak tahu apa-apa.
Ketika kita dihadapkan pada situasi yang tidak pasti, mulai timbul pikiran dan asumsi yang tidak dapat mentolerir ketidakpastian tersebut. Datanglah sensasi fisik awal, membuat tubuh kita tidak nyaman.
Tetapi, kita punya kesempatan untuk menghentikan kecemasan ini, agar ia tidak lepas kendali dan membuat siklusnya berjalan.
Apakah bisa? Pasti bisa! Karena sebenarnya, titik kritis yang melahirkan dan melestarikan siklus rasa anxiety adalah ketika kita berpikir bahwa kecemasan itu bukan milik kita.
Kita perlu menyadari bahwa merasa cemas bukanlah sebuah masalah. Sensasi di tubuh kita adalah sesuatu yang positif, membuat kita waspada, tetap waspada, dan aman. Jangan lupa untuk saling mengingatkan kepada teman dan keluarga di sekitar kita, bahwa tidak apa-apa untuk menjadi tegang, takut, dan khawatir. Yeay!