Sesar Baribis dan Potensi Bencana Gempa Bumi di Jakarta

Muslimahdaily - Provinsi DKI Jakarta boleh identik dengan bencana banjir. Namun ternyata, wilayah ibu kota ini juga tak luput dari potensi bencana alam gempa. Baru-baru ini dikabarkan bahwa Sesar Baribis menjadi ancaman baru bencana gempa bumi di wilayah selatan Jakarta.

Dilansir dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, sesar adalah patahan atau bidang rekahan yang disertai adanya pergeseran relatif terhadap blok batuan lainnya. Pergerakan sesar dapat memicu terjadinya gempa bumi yang terjadi karena aktivitas tektonik.

Saat ini, masyarakat ibu kota sedang dilanda kekhawatiran terkait kabar munculnya potensi bencana gempa bumi setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa ada aktivitas pada Sesar Baribis yang menunjukan estimasi laju geser mencapai sekitar 5 milimeter per tahun. Dalam penelitian yang sudah dilakukan sejak tahun 2021, Sesar Baribis menunjukkan perkembangan tersebut menerus ke bagian barat mendekati wilayah Jakarta.

Fakta ini juga didukung oleh hasil monitor alat sensor seismograf milik BMKG, di mana terdapat aktivitas gempa yang terpantau di jalur sesar dalam magnitudo kecil antara 2,3 – 3,1.

Meski begitu, potensi besaran guncangan yang akan terjadi di Jakarta terbilang akan tetap cukup terasa dan tidak bisa diabaikan. Sesar Baribis sendiri termasuk salah satu sesar aktif yang sangat berpotensi menyebabkan gempa dangkal, di mana titik hiposenter berada dekat permukaan. Dampak merusak dari gempa bumi dangkal dapat kita lihat pada kejadian gempa bumi serta tsunami Palu tahun 2018 lalu yang mengakibatkan 2.037 orang meninggal dunia, 671 orang hilang, 4.084 orang luka luka serta 67 ribu lebih bangunan mengalami kerusakan (Sumber: BNPB).

Berdasarkan catatan sejarah, terdapat tiga kali riwayat gempa bumi yang terkait dengan pergerakan Sesar Baribis. Yang pertama terjadi di Jakarta, 5 Januari 1699, dengan skala magnitudo 8,0. Yang kedua juga terjadi di Jakarta, pada 22 Januari 1780 dengan skala magnitudo 7,0. Sementara yang ketiga terjadi di Cirebon pada 16 November 1847, juga dengan skala magnitudo 7,0. Meskipun tiga peristiwa gempa bumi ini terjadi jauh pada abad sebelumnya, namun kejadian di masa lalu juga sangat penting untuk dianalisis dan dijadikan database baik secara kuantitatif maupun kualitatif dalam melakukan kajian bahaya.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, mengingatkan pentingnya membangun kesiapsiagaan gempa di Jakarta dan sekitarnya, ditambah resiko guncangan yang bisa diamplifikasi oleh kondisi tanah lunak karena tersusun endapan muda.

Meskipun Sesar Baribis belum masuk dalam peta potensi bahaya nasional, penting untuk memetakan mitigasi bencana agar dapat menghindari dampak baik korban jiwa maupun kerugian materi. Alasan ini didukung dengan Jakarta dan kawasan sekitarnya yang merupakan daerah padat penduduk dan menjadi pusat kegiatan perekonomian.

Add comment

Submit