Muslimahdaily - Perang antara Rusia dan Ukraina menjadi salah satu isu internasional yang banyak dibahas sejak awal tahun 2022. Salah satu sudut pandang yang dapat kita telaah kisahnya adalah bagaimana seorang tokoh spiritual Muslim di Ukraina menghadapi kenyataan ini.
Lahir dan dibesarkan di Ukraina timur, Mufti Said Ismahilov yang berusia 43 tahun, telah memutuskan berhenti dari pekerjaannya untuk berjuang demi negara. Sebelumnya, ia telah menjabat sebagai seorang mufti, atau selayaknya da’i di Indonesia, selama 13 tahun.
Pada akhir tahun 2021, ketika peringatan terjadinya serangan menjadi semakin keras, Ismahilov mulai berlatih dengan batalyon pertahanan teritorial setempat.
“Kali ini saya membuat keputusan bahwa saya tidak akan melarikan diri, tetapi saya akan berjuang.” katanya dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press di Kostiantynivka, sebuah kota yang dekat dengan garis depan di Ukraina timur di mana pertempuran memperebutkan penguasaan wilayah menjadi semakin intensif.
Ismahilov mulai bekerja sebagai pengemudi militer untuk paramedis yang mengevakuasi pasukan yang terluka dari garis depan atau kota-kota yang terkepung. Tugas ini meletakkannya pada kondisi yang sangat berbahaya, tetapi juga secara emosional dapat mendukung mereka yang terluka parah, Ismahilov mengaku dia melihat pekerjaan barunya sebagai ‘kelanjutan dari tugas spiritual saya di hadapan Tuhan’.
“Jika Anda tidak takut dan Anda bisa melakukan ini, maka itu sangat penting. Nabi sendiri adalah seorang pejuang,” kata Ismaililov. “Jadi saya mengikuti teladannya dan saya juga tidak akan lari, atau bersembunyi. Saya tidak akan berpaling dari orang lain.”
Pada Hari Raya Idul Adha, Ismahilov adalah salah satu dari puluhan Muslim Ukraina yang berkumpul di masjid di Kostiantynivka pada hari Sabtu untuk melaksanakan sholat ied dan merayakan hari besar umat muslim.
Ismahilov mendapat amanah untuk mengimami para jamaah yang didominasi oleh tentara Ukraina. Momen tersebut menjadi semakin sakral, mengingat Masjid Medina di Kostiantynivka ini adalah satu-satunya masjid yang dapat beroperasi di Ukraina.
Ismahilov membeberkan kepada The Associated Press bahwa ada sekitar 30 masjid di wilayah tersebut secara total, tetapi sebagian besar sekarang berada di tangan Rusia. Ia mengatakan kepada jemaah bahwa Idul Adha tahun ini memiliki makna simbolis di tengah perang, dan meminta mereka untuk mengingat umat Islam yang tinggal di wilayah pendudukan, di mana banyak yang kehilangan rumah dan beberapa masjid telah dihancurkan oleh penembakan.
Penduduk Ukraina sendiri didominasi oleh penganut Kristen Ortodoks, namun umat Muslim membentuk hampir satu persen dari populasi.
Olha Bashei, 45, seorang pengacara yang menjadi paramedis dan masuk Islam pada tahun 2015, juga menceritakan motivasinya selama menghadapi invasi Rusia. “Islam bahkan membantu saya karena dalam Islam, dalam doa, Anda entah bagaimana mengalihkan perhatian Anda dari perang karena Anda membaca doa dan Anda memiliki hubungan dengan Yang Mahakuasa. Bagi saya, Islam adalah kekuatan yang mendukung saya bahkan dalam perang.”
Di akhir khutbah shalat ied, Ismahilov mengatakan mereka akan berdoa untuk kemenangan dan pembebasan wilayah pendudukan. “Kami berdoa agar rekan-rekan Muslim kami selamat, keluarga kami dipersatukan kembali, Muslim yang terbunuh masuk surga, dan semua tentara Muslim yang membela negara mereka diterima sebagai syahid oleh Allah.”