Muslimahdaily - Tensi konflik di Timur Tengah semakin meningkat usai Amerika Serikat dan Inggris melakukan serangan balasan terhadap kelompok Houthi di Yaman, Kamis (11/1). Serangan tersebut merupakan respons atas serangan Houthi terhadap kapal-kapal sipil yang menuju Israel di Laut Merah.
“Serangan tersebut merupakan pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat dan mitra kami tidak akan mentolerir serangan terhadap personel kami atau membiarkan pihak yang bermusuhan membahayakan kebebasan navigasi di salah satu rute komersial paling penting di dunia,” kata Presiden Amerika Serikat, Joe Biden seperti dikutip dari nytimes.com (12/1).
Dikutip dari CNN (12/1) Komandan Pusat Angkatan Udara AS Letjen Alex Grynkewich mengatakan pasukan AS dan koalisi menyerang lebih dari 60 sasaran dengan lebih dari 100 amunisi berpemandu presisi di 16 lokasi militan Houthi yang didukung Iran. “Aset Houthi termasuk pusat komando dan kendali, amunisi, depot, sistem peluncuran, fasilitas produksi, dan sistem radar pertahanan udara,” tambahnya.
Sasaran serangan meliputi pangkalan militer dekat bandara di ibu kota Sanaa, kota ketiga terbesar Taiz, pangkalan Angkatan laut di Pelabuhan utama Hodeidah, dan lokasi militer di wilayah pesisir provinsi Hajjah.
Sementara itu kelompok Houthi mengatakan bahwa total ada 73 serangan udara oleh koalisi AS dan Inggris. Serangan itu menyebabkan lima pejuang Houthi tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Houthi juga mengklaim bahwa mereka akan membalas dan melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal yang mereka gambarkan bertujuan untuk mendukung warga Palestina melawan Israel.
“Amerika dan Inggris pasti harus Bersiap untuk membayar harga yang mahal dan menanggung semua konsekuensi mengerikan dari agresi terang-terangan ini,” ujar Hussein al-Ezzi, pejabat Houthi di Kementerian Luar Negeri, dikutip dari apnews.com (12/1).
Serangan udara AS dan Inggris ini menambah eskalasi perang di Yaman yang telah berlangsung selama lebih dari enam tahun dan menimbulkan krisis kemanusiaan terbesar di dunia.