Muslimahdaily - Pada saat terjadinya salah satu perang, terdapat seorang prajurit muslim dari kaum Anshar yang dipanah oleh musuh. Tubuhnya pun penuh dengan tancapan anak panah tersebut, namun hebatnya, ia tetap melanjutkan shalat. Kisah kesungguhan sahabat nabi dalam beribadah ini diceritakan dalam buku berjudul "Uyun Al-Hikayat Min Qashash Ash-Shalihin wa Nawodir Az-Zahidin" oleh Imam Ibnul Jauzi.

Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa pada satu peperangan, pasukan muslimin sedang berjalan Bersama Rasulullah Subhanahu Wa Ta'ala. Kemudian pasukan muslim menyerang salah satu rumah orang kafir serta menawan istri para musyrikin itu. Setelah kejadian itu, Lalu Rasulullah Subhanahu Wa Ta'ala bergerak pulang. Tak lama kemudian, seorang kafir yang tadi rumahnya diserang datang ke rumahnya. Karena sebelumnya ia tidak berada di rumah, sehingga ia meminta penjelasan kepada para tetangganya. Tetangga nya pun menjelaskan apa yang telah terjadi kepada rumahnya dan juga keluarganya. Setelah mendengar kronologi, seorang kafir itu pun bersumpah bahwa ia tidak akan pulang sebelum mengalirkan darah pada sahabat Nabi.

Ketika Rasulullah Subhanahu Wa Ta'ala sampai di suatu jalan, beliau turun ke salah satu lembah lalu bertanya apakah ada orang yang bersedia untuk menjaga lembah tersebut pada malam hari agar wilayah itu tidak disergap oleh musuh. Nabi pun bersabda,

“Siapakah dua orang yang mau menjadi petugas jaga malam ini, sehingga kita tidak diserang musuh?”. Mendengar pertanyaan Nabi, seorang lelaki dari kaum Anshar dan juga seorang dari kalangan Muhajirin pun merespon bahwa mereka berdua siap bersedia untuk menjaga lembah tersebut pada malam itu. “Kami berdua yang akan berjaga pada malam ini, wahai Rasulullah.” , ucap kedua orang tersebut.

Setelah mereka ditetapkan untuk menjaga lembah, kedua nya pun berjalan ke puncak lembah tanpa ditemani oleh pasukan lainnya. Sahabat nabi yang berasal dari kaum Muhajirin pun bertanya kepada sahabat dari Anshar. Ia menanyakan ketersediaan sahabat Anshar untuk menjaga pada awal malam, sehingga dirinya lah yang akan menjaga pada akhir malam. Atau jika jadwal menjaga nya ditukar pun sahabat dari kaum Muhajirin tidak masalah akan hal itu. Ia bertanya kepada sahabat Anshar,

“Apakah engkau siap menjaga di awal malam, agar nanti saya menjaga di akhir malam? Atau engkau mau menjaga di akhir malam sementara saya menjaga di awal malam?”. Lalu akhirnya sahabat Muhajirin pun berkata bahwa ia akan menjaga pada akhir malam. “Silakan engkau menjaga di awal malam, biar nanti saya menjaga di akhir malam.”

Atas kesepakatan tersebut, maka sahabat dari Muhajirin pun tidur, sementara yang menjaga pada malam awal adalah sahabat dari Anshar. Untuk mengisi waktunya sembari ia menjaga, sahabat Anshar ini melakukan shalat malam serta membaca satu surah dari Al-Qur’an. Ketika ia sedang dalam keadaan khusyuk membaca Al-Qur’an, datanglah lelaki dari perempuan yang sebelumnya menjadi tawanan. Saat lelaki tersebut melihat sahabat Anshar ini sedang shalat, ia langsung mengetahui bahwa orang tersebut adalah penjaga pasukan.

Mengetahui hal tersebut, akhirnya lelaki ini menembakkan satu anak panah kearah sahabat Anshar. Ketika terkena tancapan panah, sahabat inipun langsung mencabut dan meletakkannya di tanah. Sementara ia tetap melanjutkan berdiri untuk melaksanakan shalat karena ia tidak ingin memutuskan bacaan Al-Qur’an.

Kemudian orang kafir itu Kembali menembakkan anak panah untuk kedua kalinya. Tetapi sahabat ini melakukan hal yang sama dengan mencabutnya dan meletakkan di tanah yang kemudian ia terus berdiri khusyuk membaca surat yang sedang ia baca dalam shalatnya. Kemudian masih saja lelaki kafir ini menembakkan anak panah ke tubuhnya. Lagi-lagi sahabat Anshar mencabut anak panah tersebut. Kemudian ia melanjutkan gerakan shalat hingga ruku’ dan juga sujud.

Selesai melaksanakan shalat, ia berkata kepada sahabat dari muhajirin untuk bergantian menjaga. “Bangunlah. Sekarang giliranmu?", ucapnya. Lalu sahabat dari Muhajirin pun duduk. Lelaki kafir ini pun datang Kembali dan Ketika melihat bahwa kaum muslim yang sedang berjaga ada dua orang, lelaki kafir inipun pergi melarikan diri. Sementara sahabat Anshar yang tadi tertembak anak panah mengeluarkan darah dari tubuhnya akibat terluka.

Menyaksikan apa yang terjadi kepada sahabat Anshar, maka sahabat dari Muhajirin pun berkata kepadanya, “Semoga Allah mengampuni dosamu! Mengapa engkau tidak membangunkanku sebelum orang kafir itu memanahmu?". Lalu sahabat Anshar menjawab bahwa ia sedang membaca surat dalam Al-Qur’an, dan ia telah memulainya dalam shalat sehingga ia tidak ingin memutuskannya.

Ia Pun berkata, “Saya sedang membaca surat dari Al-Qur'an, dan saya telah memulai membacanya dalam sholat, maka saya tidak mau memutuskan bacaanku. Dan demi Allah, jikalah bukan karena khawatir membuat penjagaan pasukan Islam menjadi kendur dan tertembus musuh, dan karena saya mendapat perintah dari Rasulullah Subhanahu Wa Ta'ala, niscaya jiwaku sudah tercabut dari tubuhku, sebelum saya memutus bacaanku itu.", ucapnya kepada sahabat Muhajirin.

Melalui kisah ini dapat dilihat bahwa sahabat nabi Muhammad Subhanahu Wa Ta'ala sangatlah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah. Sekalipun ia tersakiti, dan terancam bahaya yang mungkin bisa menyebabkan ia meninggal dunia, namun dirinya tetap teguh dan bersungguh sungguh dalam melaksanakan shalatnya karena ia tidak ingin memutuskan bacaan surat Al-Qur’an. Masya Allah, sungguh mulia perbuatan sahabat tersebut.

Atiqa Rana Fergus Putri

Add comment

Submit