- Afriza Hanifa
- Kategori: Birrul Walidain
Pemandangan pengadilan hari ini begitu berbeda. Isak tangis terdengar pilu oleh seorang pria yang tak lagi muda. Jenggotnya basah karena linangan air mata. Pria itu bernama Hairan Al Fuhaidiy.
Pemandangan pengadilan hari ini begitu berbeda. Isak tangis terdengar pilu oleh seorang pria yang tak lagi muda. Jenggotnya basah karena linangan air mata. Pria itu bernama Hairan Al Fuhaidiy.
Dahulu di masa Bani Israil, hidup seorang pria tua miskin lagi penyakitan. Satu-satunya yang ia miliki di dunia adalah empat orang anak yang tinggal berjauhan.
Pria itu diseret dari tempat ibadahnya. Warga mengerumuni, meneriaki dan mencacinya. Apalah arti ibadah yang selama ini ia lakukan jikalau berbuat nista. Para pria memukuli, meninju, menendang dan berbuat aksi kekerasan lain. Para wanita pula turut menyumpah serapahi pria itu.
Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-ku dan kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku lah kalian akan kembali
Seorang penggembala tengah menggiring ternak di bawah terik mentari. Sebut saja namanya Fulan. Ia bekerja sangat keras karena harus menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, istri tercinta, serta kedua orang tuanya yang telah sepuh. Saat sore hari tiba, si penggembala akan memerah susu untuk diberikan kepada keluarganya.
Alkisah, Sahabat Rasulullah Umar bin Khattab selalu penasaran pada suatu hal. Beliau ‘alaihi salam sangat penasaran dan sangat ingin bertemu dengan seseorang yang bernama Uwais Al Qarni. Sejak era kehidupan Rasul, hingga ia menjadi khalifah umat Islam, Umar selalu mencari-cari sosok Uwais tersebut.
Sejatinya manusia hanyalah makhluk yang amat lemah tiada daya dan upaya yang dapat dilakukan kecuali dengan mengadahkan tangan berdoa memohon kepada tuhannya.
Alkisah di era kenabian Musa ‘alaihissalam, hidup seorang pemuda tampan yang tinggal di sebuah desa tak terlalu jauh dari Bukit Tursina. Ia merupakan pemuda shalih yang mengikuti ajaran nabiyullah Musa.
Ada sebuah kisah yang begitu menarik, tentang ajaibanya doa seorang ibu untuk anaknya, kisah ini terjadi pada masa Nabi Sulaiman, dikutip dari kitab An – Nawadir karya Syaikh Syihabuddin al – Qalyubi.
Perasaan-perasaan tidak disayang. Pikiran-pikiran tidak dikasihi. Itulah yang suka muncul di benak anak. Sementara orangtua? Merekalah para juara dan jawara kehidupan yang setelah tiada kita baru merasakanya.
Halaman 8 dari 9