Muslimdigest

Sejak penciptaan Nabi Adam, setan telah menjadi musuh utama manusia. Makhluk inilah yang paling jahat dan licik dalam menjerumuskan manusia ke dalam dosa. Karenanya, berhati-hatilah dengan segala makar setan yang dilakukan melalui banyak cara hingga manusia begitu sulit lepas dari jeratannya.

Surga adalah kenikmatan yang tiada terkira dan manusia tak akan mampu membayangkannya. Surga hanya diperuntukan bagi orang-orang yang senantiasa patuh pada perintah dan larangan Allah Subhanahu wa ta’ala. Tidak melakukan dosa dengan sengaja ataupun melakukan ibadah yang tidak ada dasarnya yakni lepas dari tuntunan yang ada di Al-Qur’an dan as-sunnah

Golongan putih (golput) tak pernah absen di setiap pemilihan umum. Alasan golput beragam, dari yang apatis hingga menolak demokrasi. Mereka memilih enggan turut dalam pesta akbar demokrasi daripada harus memilih salah satu calon pemimpin. Lalu, bagaimana pandangan Islam mengenai golput? Apa kita harus Golput untuk pilkada DKI Jakarta yang digelar Rabu (15/2) ini?

Seperti yang diketahui menutup aurat merupakan hal wajib bagi muslimah yang sudah mencapai masa baligh, artinya jika masih terbuka auratnya maka bisa menjadi dosa. Mengenai menuntup aurat di Islam bukan hanya tentang kewajiban menutupi rambut saja, melainkan ada hal lainnya yang harus juga dipahami tentang syarat dan batasan-batasan yang harus dipenuhi.

Pada zaman Rasulullah, zakat wajib dikeluarkan muslimin yang dikelola atau disalurkan oleh lembaga yang dibentuk negara. Pemerintahan beliau tidak menarik pajak kecuali kepada musyrikin, itu pun kemudian dihapuskan peraturannya. 

Kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan awal kekekalan. Jasad yang tak bernyawa tidaklah terkubur di kedalaman tanah begitu saja. Ada ruh yang harus mengalami perjalanan panjang, bisa jadi mengerikan bisa pula menyenangkan. Semua tergantung amal shalih di dunia. 

Ada sebuah kisah dari hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam yang mendasari kaidah toleransi beragama. Suatu hari Rasulullah didatangi beberapa orang dari kalangan kafir Quraisy. Mereka adalah Umayyah bin Khalaf, Al Walid bin Mughirah, Al ‘Ash bin Wail dan Al Aswad Ibnul Muthollib. Keempat pria terpandang Quraisy itu menawarkan sebuah kesepakatan toleransi kepada nabiyullah.

Artikel Selanjutnya...